Saturday, August 1, 2009

lanjutan

Aku melihat wajah ardi hampir putus asa. Dia memutuskan untuk meninggalkan kediaman yang terlihat megah itu. Namun baru beberapa langkah ardi terhenti. Aku melihat sosok lelaki yang kutaksir telah berusia setengah abad lebih. Lelaki tua itu membalas salam ardi dengan lembut “walaikumsalam warohmatullahiwabarokatuh”. Dengan senyumnya yang kufikir khas itu pria paruh baya itu bertanya pada ardi, “ada apa nak/siapa yang hendak engkau cari?”. Ardi balas tersenyum “begini pak, o y perkenalkan sebelumnya saya ardim dan yang ini sahabat saya bowo. Maksud kedatangan kami kesini sebarnya ingin taaruf dan menjalin silaturahmi dengan keluarga bapak”. Aku hanya tersenyum sebagai basa basi yang sebenarnya aku sendiri belum tau apa yang sebenarnya kulakukan ini.

Bapak tua itu yang kukenal namanya adalah Rahmad Aminudin. Pak Rahmad mempersilahkan kami untuk masuk. Tanpa basa basi lagi beliau memanggil istrinya ibu Aminah namanya. “bu ini mas ardi dan mas bowo, tolong dibuatkan minum y?”. Akupun mencoba basa basi menolaknya. Lama kami berbincang bagaimana kami bisa sampai kerumah bapak yang sebelumnya belum pernah ardi kenal begitu juga aku. Suasana agak hening ketika 3 cangkir teh disajikan oleh bu Aminah. Bu Aminah nyeletu ‘mas berdua ini temannya ayu y?”. Aku agak sedikit kaget bercampur bingung harus menjawab apa, karena pada dasarnya aku dan ardi belum mengenal ayu yang tak lain adalah putri satu-satunya dari pasangan yang sangat harmonis ini pak rahmad dan bu aminah. Ardi terlihat sangat tenag sekali. Dia mulai menjelaskan maksud kedatangannya kerumah megah ini. ‘bapak dan ibu sebelumnya saya meminta maaf yang sangat. Saya datang kesini berniat ingin meminang akan bapak yang bernama Ayu Fatmasuri ntuk menjadi pendamping buat saya, menjadi penasehat buat saya dalam menakhodai biduk hidup saya”. Pak rahmad dan bu aminah saling memandang, mereka berdua terlihat bahagia yang juga diselimuti rasa heran dan bertanya-tanya dalam hati masing-masing. Sebenarnya siapa laki-laki yang bernama ardi ini, mengapa dia mau menikahi anaknya yang tak seorang lelakipun melirknya. “apakah nak ardi telah memantapkan hati memilih anak kami sebagai pendamping hidup anak?” pak rahmad berucap. “insyallah pak saya telah memantapkan hati saya, apapun dan bagaimanapun ayu saya ikhlas menerimanya dan ini sudah menjadi pilihan saya”. Akhirnya setelah sekian lama penantian istikhoroh sang bidadari bumi terjawab oleh alunan nada pinangan seorang hamba Tuhan yang sempurna diantara makhluk lain muka bumi ini. Hujan membasahi gersang yang kian lama tak turun jua.

Ardi kemudian menikahi bidadari rupawan yang tak sempurna itu dengan suka cita. Selama prosesi pernikahan lisannya tak henti mengucapkan syukur kepada Allah sang Maha pencipta makhluk yang tiada tara kuasanya. Aku semakin bertambah kagum dengan sahabatku yang satu ini. Heran memang! Tapi kekagumanku melebihi rasa penasaranku.

...................................................
Ardi bercerita tentang permintaan istrinya itu kepada ku. Tadinya aku berpikir asedikit negatif tentang keinginan temanku ini. Namun setelah aku mendengar cerita yang sebarnya aku justru kagum dengan istrinya.ternyata masih ada ya wanita yang rela dimadu, tidak hanya itu tetapi justru istrinya lansung yang mencarikan calonnya buat adi. Aku sebenernya sudah tidak perlu komen apa-apa lagi karena toh istrinya yang menginginkan ardi menika lagi. “gimana bro menurut lo?” ardi meminta pendapatku.aku bingung sebenarnya tapi entah malaikat mana yang menghinggapi pikiranku, akupun berucap “gini deh bro,ntar kan bini lo bakal ngasih fotoato calon buat lo, nah lo silahkan pilih tapi kalo bisa jangan yang semopurna tapi pilih yang bisa mendukung istri pertama lo, bukannya gw pengen nambahin beban lo ni pren tp ini semata-mata supaya lo g berat sbelah”. Ardi mengusapkan kedua telapak tangannya kewajahnya yang terlihat berkeringat itu. “thx bro, alhamdulillah gw lega sekarang, g salah ternyata gw minta saran ma lo”. Aku heran mendengar ungkapan ardi. Tapi aku melihat wajahnya lebih sumringah sekarang bila dibandingkan beberapa jam lalu. Dasar sahabat yang aneh fikirku.

No comments:

Post a Comment